Pada bulan Juni 2025, dinamika perdagangan global kembali menyoroti peran krusial China dalam rantai pasokan rare earth elements (REE). Setelah perundingan antara China dan Amerika Serikat di London, Beijing mengumumkan penerbitan sejumlah lisensi ekspor REE, sebuah langkah yang dianggap sebagai respons terhadap pembatasan perdagangan yang sebelumnya diterapkan.
Sejak April 2025, China mewajibkan para pedagang untuk memperoleh lisensi ekspor bahan-bahan strategis, sebuah kebijakan yang dipandang sebagai balasan atas pembatasan impor barang-barang China oleh AS. Data bea cukai China yang dirilis pada Jumat, 20 Juni 2025, menunjukkan penurunan signifikan dalam ekspor magnet REE, mencapai 70% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini mengikuti tren yang mulai terlihat sejak April.
China, sebagai produsen REE terbesar di dunia, memegang peranan penting dalam industri otomotif, elektronik, dan pertahanan, di mana magnet REE sangat dibutuhkan. Banyak produsen, terutama di sektor otomotif, mengeluhkan ketidakpastian dalam penerbitan lisensi ekspor.
Presiden AS, Donald Trump, melalui platform Truth Social, menyatakan keyakinannya bahwa pasokan REE yang dibutuhkan akan dipenuhi oleh China. Sementara itu, China juga mengumumkan pembentukan jalur hijau untuk mempermudah ekspor REE ke Uni Eropa (UE). Namun, data bea cukai menunjukkan bahwa ekspor magnet REE ke UE mengalami penurunan tajam, mencapai 81% pada bulan Mei dibandingkan tahun sebelumnya.
Situasi ini menyoroti kompleksitas hubungan perdagangan global dan ketergantungan banyak negara pada China untuk pasokan REE. Perkembangan lebih lanjut dalam kebijakan perdagangan dan dampaknya terhadap industri global akan terus dipantau dengan seksama.