Konflik antara Rusia dan Ukraina kembali memanas dengan serangkaian serangan udara yang intensif dari kedua belah pihak. Serangan ini terjadi di tengah suramnya prospek perundingan damai yang difasilitasi oleh Amerika Serikat.

Gubernur wilayah Odesa, Oleg Kiper, melaporkan bahwa serangan tersebut telah menyebabkan kerusakan signifikan pada bangunan perumahan, fasilitas pendidikan tinggi, serta infrastruktur sipil dan transportasi. Pernyataan ini dikutip dari laporan AFP.

Sebagai respons, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim telah berhasil melumpuhkan 61 drone milik Ukraina dalam serangkaian operasi balasan. Klaim ini menambah kompleksitas narasi konflik yang terus berkembang.

Menurut laporan terbaru dari otoritas Ukraina pada hari Jumat, 20 Juni 2025, serangan-serangan ini telah mengakibatkan satu korban jiwa dan 13 orang terluka. Di antara korban luka, terdapat tiga petugas penyelamat yang terkena dampak saat menjalankan tugas di lokasi kejadian.

Layanan darurat Ukraina merilis foto-foto yang menggambarkan situasi dramatis di lapangan, termasuk momen ketika petugas pemadam kebakaran membantu seorang wanita yang mengenakan piyama keluar dari jendela sebuah bangunan yang dilalap api. Gambar-gambar ini memberikan gambaran nyata tentang dampak kemanusiaan dari konflik tersebut.

Serangan udara Rusia baru-baru ini menargetkan kota Odesa, sebuah pelabuhan strategis Ukraina di Laut Hitam. Serangan ini merupakan bagian dari eskalasi yang lebih luas dalam konflik yang telah berlangsung selama lebih dari tiga tahun.

Angkatan Udara Ukraina mengklaim telah berhasil menembak jatuh 70 dari 86 drone yang diluncurkan oleh Rusia dalam serangan terbaru. Meskipun demikian, infrastruktur penting dan kawasan permukiman di kota tersebut terus menjadi sasaran serangan, memperburuk situasi kemanusiaan dan meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.

Situasi ini menyoroti betapa mendesaknya kebutuhan akan solusi diplomatik untuk mengakhiri konflik yang telah menyebabkan penderitaan dan kerugian yang tak terhitung jumlahnya.